• Thu. Oct 10th, 2024

LSM Amak Babel Ada konspirasi dari beberapa elemen terkait Ti di suka damai.

Bycenterweb

Mar 7, 2021
IMG 20210307 WA0045

IMG 20210307 WA0044

toboali.buserbhyangkara.com
Beredarnya sebuah video yang menayangkan akitvitas adanya kegiatan ti selam yang dilakukan pada malam Hari di suka damai, Toboali Bangka Selatan tersebut, mendapat Respon dari
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Amak Babel, Hadi Susilo saat dikonfirmasi terkait prihal tersebut mengungkapkan dalam konteks, penambangan Timah di perairan Sukadamai, ada dua hal yang harus digaris bawahi. Minggu. 7/3/2021

“Pertama, LSM Amak Babel menduga kuat ada konspirasi dari beberapa elemen, sehingga tidak terlihat adanya penertiban.Kami tidak tahu oknumnya. Tetapi kami merasakan ada kejanggalan yang terjadi pada penambangan timah di perairan Sukadamai,” ungkapnya.

Dikatakannya, para penambang bekerja di malam hari, dapat dipastikan menghindari sesuatu yang bisa merugikan mereka.

“Artinya, jika memang ada SPK dari PT Timah, tentu tidak menambang di malam hari, sebab PT Timah sangat concern terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Maka, PT Timah sangat memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Apakah PT Timah memberikan SPK untuk bekerja di malam hari ?” tanya Hadi.

Kedua, sambungnya bahwa penambangan di perairan Sukadamai adalah illegal dan tentunya menggunakan modus lama yaitu koordinasi.

“Apakah bisa dibuktikan ada koordinasi? Kalau bicara dalam konteks hukum, maka koordinasi ini tidak bisa dibuktikan. Artinya, siapa yang memberikan uang koordinasi dan siapa saja yang menerima, tentu tidak disertai bukti, ” tandasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, jika kita bicara dengan didasari akal sehat, maka tidak akan ada penambangan illegal dimanapun. Demi tegaknya Supremasi Hukum di seantero Negeri Serumpun Sebalai, maka sudah selayaknya tambang – tambang illegal ini ditindak tegas.

“Mengapa demikian? Karena dampak dari penambangan illegal yang dilakukan oknum – oknum tidak bertanggung jawab ini bukan saja negara, lebih dari itu para nelayan yang saat ini seperti anak ayam kehilangan induknya dan yang pasti anak cucu kita juga merasakan dampak dari rusaknya bentang alam, ” pungkasnya.

Puskominfo Indonesia (Rmn)